Sabar Itu Menenangkan

SABAR ITU MENENANGKAN

Tanpa Sabar, warna-warni kehidupan tidak akan ada. Jika ingin mengetahui bagaimana seharusnya kita bersabar, contoh yang paling tepat untuk kita teladani adalah Nabi Ayub as. Beliau dikenal sebagai sosok manusia yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan kesabaran beliau berada di titik paling puncak. Itu sebabnya, wajar kalau banyak orang yang menisbatkan sifat sabar kepada Nabi Ayub as. Beliau menjadi simbol sekaligus teladan dalam hal kesabaran.

“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (keapda Tuhannya).” (QS.Shad [38]:44)

Sabar Itu Menenangkan

Nabi Ayub adalah orang yang hatinya selalu ingat kepada Allah. Ia senantiasa berdzikir, bersyukur, dan bersabar terhadap apa yang Allah berikan kepadanya. Kesabarannya mendatangkan kesalamatan dan pujian dari Allah.

“Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesunggunya aku telah menimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.’ Maka, Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan agar menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS.Al-Anbiya’ [21]: 83-84)

Nabi Ayub adalah  hamba saleh. Namun, Allah mengujinya dengan harta, keluarga, dan penyakit. Hartanya musnah hingga ia menjadi orang fakir. Padahal, sebelumnya ia adalah orang yang kaya raya. Ia ditinggal oleh istri dan keluarganya sehingga ia tidak memiliki teman untuk menjalani sisa hidupnya. Ia juga menderita penyakit kulit yang sangat parah. Meski diberi cobaan sedimikian rupa, Nabi Ayub bersabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah.

Sakit yang diderita Nabi Ayub berlangsung sangat lama. Waktu itu, Nabi Ayub merasakan tiga penderitaan sekaligus, yaitu rasa sakit, kesedihan, dan kesendirian. Saat mendapat cobaan tersebut, setan berbisik ditelinganya,"Wahai Ayub, penderitaan yang kau rasakan itu karena ulahku. Kalau kau mau berhenti bersabar satu hari saja, penyakitmu akan hilang."

Dalam keadaan yang sangat memprihatinkan itu, orang-orang di sekitar Nabi Ayub juga menggunjingkannya. Mereka berkata bahwa jika memang Allah mencintai Nabi Ayub, mengapa ia mendapat penderitaan yang begitu hebat. Karena kurang sabar merawat suaminya, istri Nabi Ayub akhirnya juga pergi meninggalkannya.Nabi Ayub lalu bersumpah, jika istrinya kembali, ia akan memukulnya dengan seratus kali pukulan.

Bisikan setan terus berputar-putar di kepala Nabi Ayub, namun ia sanggup menepisnya."Keluarlah, hai setan!" ujarnya, "Sungguh, aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah." Karena keteguhan Nabi Ayub, setan lama-lama menjadi putus asa. Bisikan-bisikan jahat yang ia dengungkan di kepala dan hati insan pilihan itu pun mereka hentikan. Nabi Ayub tentu marah kepada setan karena berani menggagunya. Ia lalu merenungkan keadaannya. Boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendirian, penderitaan, dan penyakit.

Pada suatu hati yang cerah, Nabi Ayub berdoa kepada Allah SWT. Ia mengadu kepada-Nya karena teru-menerus diganggu oleh setan. Peristiwa ini direkam dalam ayat berikut.

"Dan ingatlah akan hamba kami Ayub ketika dia menyeru Tuhannya, 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman), 'Hantamkanlah kakimu! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum'. Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebenyak mereka pula sebagai rahmat bagi Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tangan seikat (rumput), pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya kami mendapati dia (Ayub) orang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (kepada Tuhannya)." (QS.Shad [38]: 41-44)

Alloh memerintahkan Nabi Ayub mandi disebuah mata air gunung dan meminum airnya. Ia melaksanakan perintah itu. Tak lama kemudia, ia sembuh dari penyakitnya. Allah pun memberi limpahan kasih sayang sehingga ia kembali mendapat kekayaan yang berlimpah dan kemuliaan yang sangat tinggi.

Sabar

Untuk memenuhi sumpahnya dan agar tidak menyakiti istrinya, Nabi Ayub diperintahkan oleh Allah untuk mengumpulkan seikat tangkai bunga Raihan yang berjumlah seratus buah. Ikatan tangkai bunga itu lalu digunakan untuk memukul istrinya sebanyak satu kali pukukan. Dengan demikian, ia telah memenuhi sumpahnya dan tidak ingkar kepada Allah. Itulah rahmat lain dari Allah yang diterimanya.

Nabi Ayub memberi pelajaran kepada kita bahwa sabar memang bukan sesuatu yang mudah. Tetapi, jika kita sadar bahwala Allah senantiasa bersama kita selama kita mau bersabar, semua ujian dan cobaan akan mudah kita lewati. Hati kita akan tenang, tidak bergejolak karena gelisah yang tak berkesudahan. Allah pun akan memberi balasan kepada kita dengan kebahagiaan yang berlipat ganda


Sabar Itu Menenangkan
Apabila ada pertanyaan mari kita berdiskusi bersama, "saya disini hanya membuat catatan". Mohon maaf & Terimakasih sebelumnya.